Kecewa Warga Dolly Sepakat Golput pada Pilpres 2014
SURABAYA - Kekecewaan warga
sekitar eks lokalisasi Dolly dan Jarak kepada pemerintah kota dan pusat
akan dibuktikan pada pelaksanaan Pilpres besok tanggal 9 Juli 2014.
Mereka tidak akan menggunakan hak pilihnya alias golput. Uniknya, ada
beberapa RT yang menolak didirikan TPS.
Pantauan tadi malam, situasi dan kondisi wilayah eks Lokalisasi Dolly dan Jarak tampak sepi. Hal ini sangat berbeda dengan pemandangan di daerah lain yang mayoritas warganya berkumpul membuat TPS sembari menantikan pertandingan sepak bola piala dunia.
Pokemon, aktivis pendamping warga lokalisasi Dolly dan Jarak yang didampingi sejumlah warga mantan petugas PPS, menyatakan bahwa Pilpres tidak akan mampu merubah situasi dan kondisi lokalisasi Dolly dan Jarak sebagai tempatnya untuk mengais rejeki.
“Jangan warga ditakut-takuti, karena warga menganggap bahwa Pilpres kali ini tidak ada istimewanya dan hanya merupakan pemilihan demokrasi untukn kaum borjuasi, kami juga meyakini bahwa Pilpres kali ini hanya setingan pihak asing, buktinya masih ada info akan menaikan harga BBM dan upah buruh tetap jauh dibawah upah internasioal,” ujar Pokemon, Selasa (8/7/14) malam.
Dia juga mencontohkan bagaimana kekuatan asing yang tetap menguasai seluruh asset Negara di wilayah Jatim, sementara pemerintah tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa bahkan terkesan justru mendukung.
“Lihat saja, jembatan Suramadu itu dibangun karena untuk kepentingan asing karena di Madura ada kekayaan alam yang akan dieksplore, artinya menyerahkan pulau Madura ke pihak asing,” urainya.
Ditanya apakah warga masih tetap konsisten dengan warna merah (PDIP), pasalnya seperti diketahui kawasan Dolly dan Jarak merupakan basis kuat PDIP, secara tegas Pokemon mengatakan bahwa warga sudah terlalu kecewa karena pembelaannya terhadap partai berlogo kepala banteng tersebut selama ini tidak ada gunanya. Alasannya, karena ternyata justru Walikota yang diusung PDIP juga yang mematikan aktifitas dan kehidupannya selama ini.
“Kami menyadari bahwa warga sekitar sebelumnya merupakan basis merah, tetapi naifnya justru dibunuh secara pelan-pelan oleh merah sendiri ditingkat daerah tanpa ada pembelaan sedikitpun dari tingkat pusat, untuk itu warga sudah menyatakan Golput meski ada beberapa TPS yang berdiri, tetapi petugas PPS dan warga tidak akan datang bertugas apalagi mencoblos, silahkan lihat saja besok,” tandasnya.
Pernyata Pokemon ini dipertegas oleh Yitno wakil ketuan RT I RW 11 Kelurahan Putat Jaya yangmengaku bahwa diwilayahnya tidak berkenan ditempati TPS. “Sebelumnya saya memang petugas PPS, tetapi kini kami lebih baik diam, dan warga juga tidak menginginkan jalan dan lahannya ditempati TPS,” katanya.
Sementara Supeno ketua RT 6 RW 5 mengatakan bahwa warganya mempersilakan ada pendirian TPS, namun dirinya mengakui bahwa tak satupun warga yang akan menggunakan hak pilihnya.
“Kami memang tidak menolak TPS, tetapi hasil rapat di balai RW, seluruh warga menyatakan Golput atau tidak akan menggunakan hak pilihnya untuk Pilpres, karena sudah terlanjur sakit hati dengan pemerintah yang dianggapnya tidak lagi peduli dengan rakyat kecil seperti mereka,” ucapnya. [rif/but]
Pantauan tadi malam, situasi dan kondisi wilayah eks Lokalisasi Dolly dan Jarak tampak sepi. Hal ini sangat berbeda dengan pemandangan di daerah lain yang mayoritas warganya berkumpul membuat TPS sembari menantikan pertandingan sepak bola piala dunia.
Pokemon, aktivis pendamping warga lokalisasi Dolly dan Jarak yang didampingi sejumlah warga mantan petugas PPS, menyatakan bahwa Pilpres tidak akan mampu merubah situasi dan kondisi lokalisasi Dolly dan Jarak sebagai tempatnya untuk mengais rejeki.
“Jangan warga ditakut-takuti, karena warga menganggap bahwa Pilpres kali ini tidak ada istimewanya dan hanya merupakan pemilihan demokrasi untukn kaum borjuasi, kami juga meyakini bahwa Pilpres kali ini hanya setingan pihak asing, buktinya masih ada info akan menaikan harga BBM dan upah buruh tetap jauh dibawah upah internasioal,” ujar Pokemon, Selasa (8/7/14) malam.
Dia juga mencontohkan bagaimana kekuatan asing yang tetap menguasai seluruh asset Negara di wilayah Jatim, sementara pemerintah tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa bahkan terkesan justru mendukung.
“Lihat saja, jembatan Suramadu itu dibangun karena untuk kepentingan asing karena di Madura ada kekayaan alam yang akan dieksplore, artinya menyerahkan pulau Madura ke pihak asing,” urainya.
Ditanya apakah warga masih tetap konsisten dengan warna merah (PDIP), pasalnya seperti diketahui kawasan Dolly dan Jarak merupakan basis kuat PDIP, secara tegas Pokemon mengatakan bahwa warga sudah terlalu kecewa karena pembelaannya terhadap partai berlogo kepala banteng tersebut selama ini tidak ada gunanya. Alasannya, karena ternyata justru Walikota yang diusung PDIP juga yang mematikan aktifitas dan kehidupannya selama ini.
“Kami menyadari bahwa warga sekitar sebelumnya merupakan basis merah, tetapi naifnya justru dibunuh secara pelan-pelan oleh merah sendiri ditingkat daerah tanpa ada pembelaan sedikitpun dari tingkat pusat, untuk itu warga sudah menyatakan Golput meski ada beberapa TPS yang berdiri, tetapi petugas PPS dan warga tidak akan datang bertugas apalagi mencoblos, silahkan lihat saja besok,” tandasnya.
Pernyata Pokemon ini dipertegas oleh Yitno wakil ketuan RT I RW 11 Kelurahan Putat Jaya yangmengaku bahwa diwilayahnya tidak berkenan ditempati TPS. “Sebelumnya saya memang petugas PPS, tetapi kini kami lebih baik diam, dan warga juga tidak menginginkan jalan dan lahannya ditempati TPS,” katanya.
Sementara Supeno ketua RT 6 RW 5 mengatakan bahwa warganya mempersilakan ada pendirian TPS, namun dirinya mengakui bahwa tak satupun warga yang akan menggunakan hak pilihnya.
“Kami memang tidak menolak TPS, tetapi hasil rapat di balai RW, seluruh warga menyatakan Golput atau tidak akan menggunakan hak pilihnya untuk Pilpres, karena sudah terlanjur sakit hati dengan pemerintah yang dianggapnya tidak lagi peduli dengan rakyat kecil seperti mereka,” ucapnya. [rif/but]
Post a Comment