Penjual Uang Baru Lebih Takut Uang Pesugihan Ketimbang Uang Palsu
SURABAYA - Lebaran atau Idul Fitri tidak hanya identik dengan makanan, dan baju baru.
Uang baru pun menjadi kebutuhan Lebaran bagi umat Islam. Kebutuhan
inilah yang dimanfaatkan penyedia uang baru untuk mengais rejeki.
Sejak awal Ramadhan lalu, penyedia uang baru sudah mulai menjajakan
uang baru miliknya. Mereka berkumpul di sekitar Tugu Pahlawan. Bahkan
mulai hari ini, penjaja uang baru juga meluber di Jalan Veteran atau
Jalan Jembatan Merah.
Di antara penjaja uang baru itu adalah Rusmina. Wanita asal Madura ini sudah sekitar 10 kali Ramadhan melakoni bisnis ini.
Untungnya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama Lebaran. Dia
memperkirakan sekali Ramadhan bisa mendapat untung bersih sekitar Rp 5
juta.
Rusmina mengaku mendapat uang baru itu dari pengepul. Pengepul itu
datang ke tempat jualannya sekali dalam tiga atau empat hari. Meskipun
berasal dari pengepul,
Rusmina memastikan uang baru miliknya asli alias tidak ada yang palsu.
“Saya kan sering diberitahu oleh pegawai bank bagaimana caranya melihat uang asli atau palsu,” kata Rusmina.
Rusmina tidak memiliki peralatan apapun, seperti senter ultra
violet. Dia cukup mengandalkan raba, lihat, dan terawang setiap kali
mendapat uang baru dari pengepul.
Tapi saat diminta memperagakan cara mengetahui uang asli, dia hanya tersenyum.
Begitu pula saat ditanya ciri-ciri uang asli, dia hanya mengetahui adanya tulisan dan logo Bank Indonesia.
Bukan hanya uang dari pengepul yang rawan palsu. Uang dari pembeli pun rentan palsu.
Berbekal pengalamannya membawa uang, Rusmina mengaku tidak pernah
mendapat uang palsu. Bahkan Rusmina menegaskan tidak pernah menemukan
pembeli yang membawa uang palsu.
“Saya memang tidak pernah mendapat uang palsu. Kalau uang balen, sering sekali,” tambahnya.
Rusmina menjelaskan uang balen adalah uang yang diperoleh melalui ritual pesugihan.
Bentuk dan warnanya tidak berbeda dengan uang asli. Bahkan saat diraba, dilihat, dan diterawang, tidak berbeda dengan uang asli.
Tapi uang ini akan langsung hilang setelah Rusmina masuk rumah.
Padahal sebelum pulang, dia sudah menghitung ulang nominal uang di tas
tentengnya. Rata-rata setiap tahun Rusmina mendapat uang balen sekitar Rp 300.000.
“Saya tidak bisa mengingat wajah orangnya. Kan banyak orang yang datang kesini,” terang Rusmina.
Pengalaman serupa juga dialami Siti Aminah. Wanita yang juga berasal dari Madura ini pernah menerima uang balen.
Sebagaimana Rusmina, Aminah pun tidak ingat wajah pemilik uang balen itu. Aminah mengaku pernah menerima uang balen sebesar Rp 1 juta.
Bagi Aminah yang hanya ibu rumah tangga, uang Rp 1 juta sangat
besar. Tapi Aminah tidak mempermasalahkan kehilangan uang Rp 1 juta. Dia
uang itu bukan miliknya. Dia hanya berharap pemilik uang balen segera sadar.
“Saya tidak bisa apa-apa. Mau lapor, ya siapa yang mau dilaporkan. Buktinya juga tidak ada,” kata Aminah. (pur)
Post a Comment